Air Mata Soekarno
April 22, 2016Agus Salim dan Ide Khilafah
May 9, 2017Samuderaraksa, Jejak Kejayaan Maritim Nusantara
Kapal ini merupakan kapal Samuderaraksa atau kapal Borobudur, menjelang berlabuh di pelabuhan Durban, Afrika Selatan pada 1 Desember 2003. Kapal ini tengah menjalani ekspedisi napak tilas kejayaan dan keberanian para pelaut Nusantara. Ekspedisi Jalur Kayu Manis, merupakan ekspedisi napak tilas Samuderaraksa,menapaki rute perdagangan kuno dan jejak peradaban masa lampau ke masa depan. Ekspedisi ini menempuh perjalanan dari Indonesia menuju Ghana, Afrika, sejauh 12.210 mil laut. Dan kapal Samuderaraksa ini hanya menggunakan layar dan dayung sebagai sumber tenaga penggeraknya.
Samudraraksa adalah sebuah mimpi yang menjadi nyata. Berawal dari seorang wisatawan yang juga seorang mantan Angkatan Laut Inggris, Philip Beale, yang begitu terpukau melihat keindahan relief kapal di dinding Candi Borobudur. Ia kemudian mengajak seorang arsitek Australia, Nicolas Burningham dan seorang nelayan Madura yang sangat berpengalaman dalam pembuatan kapal, As’ad Abdullah.
Hingga pada proses pembuatan kapal, sang arsitek sempat tidak yakin dengan digunakannya kayu-kayu kapal yang tidak sama panjang. Sang arsitek yakin bahwa kapal tidak mampu berlayar dengan baik. Pendapat itu kemudian disanggah oleh para pembuat perahu, bahwa kapal akan menjadi kapal penjelajah yang tangguh, karena telah diperhitungkan dengan metode “hitungan ganjil”.
Dalam filosofi para pembuat kapal ini, kapal memang tidak dibuat sempurna supaya kapal tetap memiliki hasrat kesempurnaan melalui kiprahnya dilautan.
As’ad Abdullah, nelayan kelahiran tahun 1934 itulah yang kemudian memimpin tim pembuatan kapal. Dimulai pada tanggal 20 Januari 2003 dan diturunkan ke air pada tanggal 26 Mei 2003. Pemasangan cadik dilakukan tanggal 11 Juni 2003 dan diresmikan oleh I Gede Ardhika, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, bersama UNESCO di Pelabuhan Benoa Bali pada tanggal 15 Juli 2003.
Ekspedisi ini pun akhirnya berhasil dijalankan, dengan Philip Beale sebagai ketua ekspedisi dan kapten kapal oleh seorang perwira TNI Angkatan Laut, Kapten IG Putu Sedana. Kapal ini telah berhasil mencatat sejarah dalam Exspedisi Kapal Samudraraksa untuk menapaki kembali perjalanan penjelajahan bahari abad ke-8.
Kapal samuderaraksa merupakan kapal bercadik dan merupakan kapal replika modern yang yang diambil dari relief Candi Borobudur.Kegunaan cadik adalah untuk menyeimbangkan dan memantapkan perahu. Perahu kano bercadik tunggal ataupun kembar adalah perahu khas bangsa bahari Austronesia yang digunakan dalam penjelajahan dan penyebaran mereka di Asia Tenggara, Oseania, dan Samudra Hindia. Jenis perahu besar bercadik kembar yang ditampilkan di Borobudur kemungkinan besar adalah jenis kapal yang sama yang digunakan oleh Dinasti Sailendra dan Kemaharajaan bahari Sriwijaya yang menguasai perairan Nusantara pada kurun abad ke-7 hingga ke-13.
Samuderaraksa bisa dimaknai sebagai pelindung Samudera. Dalam foto ini juga menunjukkan bagaimana bentuk kapal sebagaimana yang tergambar dalam relief dinding candi Borobudur yang kini menjadi warisan budaya dunia.
“Kapal yang Samuderaraksa menunjukkan tradisi maritim yang kuat di era kejayaannya”, demikianlah kenang seorang wisatawan asing ketika mengunjungi Museum Kapal Borobudur.
Referensi : www.fad.co.za, seputarsemarang.com, id.wikipedia.org, teroponginteraktif.wordpress.com