Demi Republik: Perjuangan Kapten Harun Kabir, 1942-1947
March 2, 2023TRAGEDI DOKTER WIRORENO
May 13, 2023Salah satu watak khas bangsa-bangsa imperialis adalah “tidak pernah merasa menjajah” bangsa lain. Bacalah kisah-kisah sejarah, bagaimana orang-orang Belanda pada tahun 1913 “tanpa merasa berdosa” merencanakan akan memperingati secara besar-besaran seratus tahun bangsa mereka terbebas dari kuasa Perancis.
Hingga membuat ‘seorang priyayi inlander’ memprotesnya dalam sebuah artikel di koran De Express, 13 Juni 1913, dengan judul “Als ik een Nederlander Was” (Andaikan saya seorang Belanda).
Dalam tulisan itu, secara kritis, Soewardi menyebut orang-orang Belanda yang akan merayakan momen itu sebagai orang yang tak tahu diri karena berpesta atas nama kemerdekaan di atas penderitaan orang-orang yang justru kemerdekaannya sedang mereka rampas.
“… Andaikan saya seorang Belanda, saya tidak akan mengadakan pesta kemerdekaan dalam suatu negeri yang kita tahan kemerdekaannya,” demikian salah satu bunyi tulisan yang membuat pemerintah Hindia Belanda menjadi panas kupingnya.
Muncul satu pertanyaan: Apakah penjajahan itu hanya dilakukan bangsa berkulit putih saja atau berkulit kuning semata?
Bagi Republik Indonesia yang berdiri pada 17 Agustus 1945: Ya. Tapi belum tentu bagi “bangsa-bangsa” yang bergabung dengan Republik Indonesia.
Orang-orang tua kami kerap mengingatkan, jika dalam satu kurun waktu mereka pernah harus menyerahkan upeti tiap tahun ke Kartasura (ibukota Mataram). Itu fakta sejarah.
Namun ada pahlawan-pahlawan kami yang hari ini “tersamarkan dan disamarkan”. Sebut saja di antaranya: Dipati Ukur yang konon tewas dipenggal di Alun-alun Mataram atau Arya Cikondang yang juga gugur dimutilasi para utusan Mataram.
Baiklah, itu hanya masa lalu. Tapi tak layak dilupakan.
Itu penting untuk mengingat, jika leburnya orang-orang Sunda dalam Republik Indonesia adalah jalan yang diputuskan secara dewasa dan sadar.
Meng-akbar-kan nasionalisme lewat cara menyamarkan sejarah sungguh suatu bentuk ketidakbijaksanaan…
(Hendi Jo)
Depok, 4 April 2023.
Foto: diunduh dari laman www.tintaemas.co.id.