Pengaruh dan Kemegahan Singgasana Aceh
January 27, 2021Diplomat-Diplomat Kancil
February 24, 2021Klewang Dan Pertempuran Di Aceh Yang Mematikan
Klewang, dari sisi sejarah identik dengan korps pasukan khusus Hindia Belanda yang paling terkenal karena menjadi mesin pemburu sekaligus pembunuh yang efektif, Korps Marsose.
Tak heran jika ada sebutan bahwa klewang disebut juga dengan pedang Marsose (Marechaussee), yang bisa diartikan sebagai senjata berbentuk pedang pendek dengan mata pisau bermata satu yang sangat tajam, pada bilahnya berbentuk agak melengkung yang melebar ke arah titik potong lurus atau miring. Titik paruh atau titik terpotong menjadi ciri khas senjata ini.
Bentuk besi mirip mangkuk pada bagian pegangan adalah berfungsi sebagai pelindung, seperti lazimnya pedang-pedang dari Eropa, hanya saja lebih pendek dan kompak.
Senjata ini berasal dari Indonesia sendiri, di mana dalam rentang waktu abad ke-19, Belanda banyak menggelar peperangan untuk kepentingan kolonial. Namun dalam beberapa aksinya, tentara Belanda banyak mengalami kekalahan, terutama dalam pertempuran jarak dekat, man to man, yang banyak menggunakan senjata tajam saat itu.
Pedang-pedang yang lazim digunakan serdadu Belanda kala itu rata-rata terlalu panjang dan berat, selain karena kemampuan yang buruk dari para serdadunya karena kurangnya latihan. Belum lagi soal para serdadunya sendiri yang belum terbiasa dengan iklim tropis.
KNIL sebagai pasukan kolonial, kebanyakan adalah pasukan pejalan kaki, infanteri, sehingga pedang yang terlalu panjang dan berat membawa kendala tersendiri. Selain pedang, senjata tajam yang mereka bawa adalah bayonet, yang biasanya terpasang di ujung senapan. Namun demikian, bayonet ini juga dinilai terlalu lambat jika dibandingkan dengan klewang yang digunakan rakyat.
Kerajaan Belanda yang menggelar peperangan dengan Kerajaan Aceh, di tahun-tahun awal banyak mengalami kerugian besar, bahkan Belanda nyaris kehilangan harapan untuk bisa menundukkan Aceh secara keseluruhan.
Perlawanan dari segenap rakyat Aceh dikenal sangat berani, militan, fanatis, dengan taktik yang unggul dan selalu menimbulkan kerugian yang tak sedikit. Dari sini tampak bahwa pejuang Aceh mahir menggunakan klewang – selain senapan dan rencong, terutama dalam pertempuran jarak dekat dengan pasukan Belanda.
Menebus kekalahan pertamanya, Belanda segera menggelar agresi yang kedua. Kali ini dengan kekuatan jauh lebih besar. Namun lagi-lagi, dalam beberapa tahun Belanda hanya berhasil menduduki keraton dan Masjid Raya saja. Selebihnya, dalam areal yang diduduki Belanda, sesuai dengan strategi Lini Konstrasi.
Strategi Lini Konsentrasi ini menjadi tak efektif karena pejuang Aceh menerapkan taktik gerilya. Mereka akan berusaha masuk dalam arena pertempuran dengan gaya serangan pendadakan, bertempur jarak dekat. Menyerang, lalu dengan cepat menghilang. Serangan sporadis namun berdampak besar.
Rimbunnya hutan-hutan di Aceh ketika itu, menjadikan tentara Belanda dengan mudah menjadi sasaran penyergapan. Dan klewang pejuang Aceh menjadi senjata yang paling cepat digunakan dan terbilang efektif.
Dinas militer KNIL mengakui kehebatan senjata ini jika dibandingkan dengan pedang atau bayonet dalam senapan mereka. Hingga akhirnya pada 1898, secara resmi, klewang digunakan sebagai senjata resmi KNIL, terutama bagi Korps Marsose.
Artikel:
- Prasetya Ramadhan, 2021. Marsose dan Perang Belanda di Aceh. Yogyakarta: Matapadi Pressindo.
- Laman https://www.hemabond.nl/media/de-klewang-een-uniek-nederlands-blank-wapen-2/