Senjata-Senjata yang Mengubah Dunia
October 9, 2015Air Mata Soekarno
April 22, 2016Sniper : Membunuh Dalam Kesunyian
“Aku dikirim ke sebuah pertempuran melawan pasukan berpakaian hijau –aku menyebutnya hijau rumput, mereka disebut penembak runduk. Mereka ada di semak-semak dan bebatuan, dan segera membuat malapetaka menyedihkan terhadap orang-orangku, membunuh semua petugas dalam kompiku, melukai diriku, tanpa kita bisa berbuat apapun.”
(Prajurit Perancis, Anonim)
Sepanjang sejarahnya, Sniper telah membuktikan diri sebagai mesin perang yang efektif. Tak hanya dalam medan tempur berhutan, kegarangan Sniper telah mengubah medan perkotaan dan gurun pasir menjadi kawasan tempur yang sangat atraktif. Berbagai model senapan Sniper kelas berat telah banyak diujicobakan di kawasan bergurun ini. Semisal di kawasan pertempuran di Irak atau Afganistan.
Keefektifan peran Sniper ini didukung oleh peralatan yang mumpuni sehingga menjadikannya cukup lihai bermanuver menghantam nyawa targetnya. Dari kejauhan, seorang target takkan mengira bahwa dia dalam bidikan lensa teleskop seorang Sniper. Tahu-tahu, target sudah tergeletak tewas dengan dada hancur atau kepala menyemburkan darah.
Di setiap negara, memiliki cara dan metode pelatihan tersendiri dan berbeda dalam membentuk seorang Sniper. Meski pemakaian senjata hampir sama, namun belum tentu gaya dan model pelatihan yang diturunkan juga sama. Sesuai dengan doktrin militer masing-masing negara.
Calon Sniper di Kanada, misalnya, dibutuhkan puluhan kali pengenalan untuk memahami sebuah fitur-fitur dari senapan yang mereka gunakan. Sebab, senapan mempunyai soul dan karakter tersendiri dengan segala fitur dan peluru yang digunakannya. Ini baru urusan mengenal senapan. Belum lagi bagaimana calon Sniper ini menggunakannya.
Lantas, ada pengenalan medan dan observasi. Dalam hal ini diperlukan ketelitian yang sangat cermat, bukan saja keadaan medan tempur, namun juga faktor lingkungan medan. Mulai dari cuaca, jarak, kamuflase hingga segala lingkup yang ada di sekitar target sasaran. Calon Sniper yang dilibatkan juga dalam model operasi counter Sniper. Ini sangat penting bagi semua calon Sniper. Sebab seorang Sniper dituntut untuk mampu mengidentifikasi, mulai dari tujuan Sniper musuh, senapan yang dipakai serta jenis amunisinya, jejak dan bagaimana pergerakannya serta metode persembunyiannya.
“Yang patut dicatat, kemenangan bukanlah doktrin yang biasa diajarkan di sekolah-sekolah dan pusat-pusat pelatihan Sniper.”
Kemampuan yang harus dimiliki seorang Sniper bukanlah asal comot dari prajurit biasa, melainkan melalui suatu tahap yang sangat melelahkan. Sebagaimana, misalnya, memasuki pasukan elite yang melalui jalur yang telah ditentukan oleh grupnya masing-masing. Dulu Jerman merekrut seorang Sniper dari seorang pemburu yang telah terlatih. Inggris pada tahun 1910-an membuat kursus dan sekolah Sniper yang dalam perekrutannya melalui latihan-latihan panjang. Sniper AS direkrut dari para penembak jitu dan para pemburu.
Paling tidak, ia harus memiliki kemampuan militer di atas rata-rata. Mempunyai kemampuan menembak yang sangat bagus atau mempunyai potensi untuk mencapainya. Mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi, yang harus diimbangi dengan kemampuan membaca situasi taktis dan mampu menilai aksi tindakannya. Serta mempunyai kematangan dan ketangguhan mental yang baik dan dirinya menyadari akan tanggungjawabnya dan siap menerimanya.
Untuk bisa dikatakan mempunyai kualifikasi seorang Sniper, menjadi keniscayaan seseorang calon Sniper juga harus memiliki kemampuan menembak. Selain itu kemampuan untuk observasi, menghitung jarak, kemampuan navigasi, pengetahuan tentang sniper, serta memiliki kemampuan berkamuflase. Beberapa hal tersebut adalah kemampuan standar Sniper dan wajib diketahui sebagai pengetahuan dasar.
Di beberapa negara, proses seleksi seorang Sniper biasanya diadopsi dari seorang penembak jitu. Ini memungkinkan seorang Sniper lebih memahami bagaimana prinsip-prinsip menggunakan senjata dan bagaimana ia memposisikan dirinya dengan berbagai cara untuk menembakkan senjatanya tersebut. Mulai dari posisi dan pegangan yang mampu membuatnya nyaman untuk tidak sekedar menembak, bergerak perlahan, mengoreksi tembakan serta menembakkannya lagi tanpa membuat sesuatu yang berbahaya bagi posisi sembunyinya. Ini semua dilakukan dalam waktu yang cepat dan akurat.
Sementara itu, dalam operasi counter Sniper, calon Sniper diajari bagaimana membaca kondisi lingkungan dan menembak arah pergerakan musuh. Dengan mempelajari jejak posisi kaki, misalnya, seorang calon Sniper harus mengetahui kemana senapan di arahkan serta apa target sasarannya. Belum lagi dari selongsong peluru yang tertinggal, seorang calon Sniper juga harus bisa menebak jenis senapan apa yang digunakan oleh Sniper musuh.
Seorang Sniper juga harus memiliki kemampuan untuk menempatkan diri di lokasi musuh, tak peduli bagaimana ia bisa menyembunyikan dirinya secara baik. Dan, dengan demikian, ia harus mempunyai kepekaan secara natural yang membuatnya untuk melakukan investigasi dan mencari informasi, kemampuan Observasi.
Terkadang orang mengabaikan hal-hal yang kecil dari lingkungannya, sehingga seorang Sniper juga harus memperhatikan bagaimana ketika dirinya melakukan pengamatan dari jarak yang cukup jauh, beratus-ratus meter jauhnya. Dengan mengasah kemampuan ini secara detail, observasi tidak hanya berkenaan dengan lokasi musuh. Namun juga tentang pencarian informasi segala hal tentang musuh, semisal objek-objek yang sering dipergunakan atau seberapa banyak personel musuh yang berada di lokasi tersebut.
Penetrasi dan kamuflase adalah dua hal dari model observasi. Sniper harus bertahan dari tempatnya untuk mencari titik kelemahan musuh, memastikan dirinya sendiri aman, dan mencari data selengkap-lengkapnya tentang segala hal keadaan musuh. Hal ini juga memberikan pengetahuan tentang perlengkapan yang akan digunakan seorang Sniper.
Sebagai penembak dari jarak lebih dari 1000 meter, otomatis seorang Sniper dituntut untuk cakap mengkalkulasi jarak jangkauan target. Namun demikian bukanlah hal mudah untuk langsung mencapai dan mengenai tepat target yang menjadi sasaran. Diperlukan ketelitian dan pemahaman yang cukup dalam berbagai latihan. Dalam setiap praktek dan latihan, banyak Sniper yang mengingat serta hafal di luar kepala hitungan akurasi jarak sasaran.
Atau pun kalau masih memerlukan data hitungan, seorang Sniper banyak menyimpan hitungan-hitungan sasaran di dalam penutup lensa teleskop. Sehingga ketika digunakan digunakan tinggal memperkirakan jarak akurat target sasaran. Karena sasaran mempunyai jarak jangkauan yang bervariasi, maka ia pun harus hafal dengan simpangan akurasi peluru dari berbagai jarak.
Akurasi akan selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya kondisi medan tempur, sudut tembakan, kecepatan angin serta beberapa hal lain yang mengharuskan Sniper harus bergerak sekali tembak. Ini pun mempengaruhi jarak tembakan. Sehingga Sniper terlatih mempunyai hafalan dan ingatan di luar kepala dalam menentukan target sasarannya.
Simo Hayha, Sniper legendaris dari Finlandia pernah ditanya tentang kehebatannya dalam membidik sniper Red Army Rusia. Kenapa ia bisa mempunyai kemampuan yang menakjubkan? “Praktek”, jawabnya singkat.
Referensi: Out of Nowhere: A History of The Military Sniper, Osprey Publishing, New York. lihat juga dalam buku Sniper: Sang Pembunuh dalam Kesunyian, Yogyakarta: Matapadi Pressindo.