Ironi Keunggulan Nusantara
March 5, 2019Mencium Kaki Cokroaminoto
March 5, 2019Komando Bersama Amerika, Inggris, Belanda, dan Australia (ABDA) Bubar!
Ketika jam menunjuk angka 23.30, drama pertempuran di Laut Jawa berakhir dengan sangat menyakitkan. Tak ada kegemilangan di pihak Sekutu. Selain itu, kini Sekutu tidak lagi memiliki kapal-kapal perang yang bisa diandalkan untuk mempertahankan Asia Tenggara–sebenarnya masih tersisa dua buah kapal, namun jelas tidak bisa menandingi kehebatan armada laut Jepang.
Peristiwa tenggelamnya De Ruyter berikut meninggalnya Laksamana Karel Doorman memberi dampak langsung bagi keberlangsungan “Komando Bersama Amerika, Inggris, Belanda, dan Australia” (ABDA). ABDA dibubarkan. Tak hanya membubarkan ABDA, semua armada kapal Sekutu diperintahkan berkumpul di pelabuhan Cilacap, untuk selanjutnya menyelamatkan diri ke Australia secepatnya. Maka atas peristiwa tersebut, beberapa jenderal ABDA mulai mengundurkan ke pelabuhan Cilacap dan diungsikan menuju ke Australia.
Pada pagi hari tanggal 1 Maret 1942, Laksamana Helfrich memberi izin untuk penarikan kapal-kapal Inggris dan memerintahkan Laksamana Glassford memindahkan kapal-kapalnya ke Australia. Selain itu, setelah berkonsultasi dengan Van Mook, Helfrich memberi perintah kepada para Laksamana Amerika juga Inggris bahwa Komando Angkatan Laut Hindia Belanda resmi dibubarkan.
Dengan pembubaran Komando Bersama ini, Glassford memerintahkan semua kapal yang ada untuk menuju Australia, baik itu yang masih ada di Jawa maupun yang dalam perjalanan. Meski demikian, masih ada beberapa kapal selam yang tetap beroperasi di Laut Jawa melawan Jepang. Upaya ini sebenarnya untuk mengulur waktu agar orang-orang Inggris, Belanda, maupun Amerika bisa menyelamatkan diri.
Sungguh beruntung bagi Angkatan Laut Sekutu yang masih memiliki “sisa-sisa” kapal dari pertempuran di Laut Jawa, meski akhirnya juga ditimpa kemalangan. Seperti yang terjadi dengan penjelajah berat Exeter.
Penjelajah milik Inggris ini pernah menikmati kejayaan saat periode awal Perang Dunia II. Ia pernah mengalahkan pocket battleship Jerman Graf Spee pada tahun 1939. Namun, nasibnya tak mujur ketika pertempuran di perairan Jawa. Ia harus menderita kerusakan sangat parah, dan beruntung bisa kembali ke Surabaya.
Akan tetapi kemalangan menimpa Exeter keesokan harinya. Tanggal 28 Februari kapal penjelajah ini dikaramkan oleh kapal perang Jepang di dekat Surabaya dengan beberapa kali tembakan torpedo. Sedangkan Houston dan Perth yang sempat menyelamatkan diri dari sergapan kapal-kapal perang Jepang pada pertempuran Laut Jawa, ditenggelamkan dalam pertempuran berikutnya di Selat Sunda. Karena kebetulan saat itu keduanya bertemu di antara Pulau Jawa dan Sumatera. Begitu juga dengan sebuah kapal perusak Eversten yang juga berhasil ditenggelamkan Angkatan Laut Jepang.
Sementara itu kapal perusak Witte de With yang tengah perbaikan di Surabaya, pada tanggal 2 Maret 1942 terkena serangan torpedo dan meledak. Encounter juga ditenggelamkan oleh kapal perang Jepang di dekat Surabaya tanggal 28 Februari 1942. Kapal perusak Pope menyusul ditenggelamkan pada tanggal 1 Maret 1942. Yang paling beruntung ialah beberapa buah kapal perusak milik Amerika Serikat, di mana Alden, Ford, Paul Jones, dan John Edwards berhasil melarikan diri ke Australia. Mereka sempat berhadapan dalam waktu singkat dengan kapal pemburu Jepang di Selat Bali. Namun mereka berhasil lolos dan mencapai Fremantle, Australia pada tanggal 4 Maret.
Sumber: buku “Pertempuran Laut Jawa” Gurita Jepang Mencengkram Nusantara, Matapadi Pressindo, 2012.