Bung Karno Menyelamatkan Tentara Inggris
May 23, 2019Pasukan Siliwangi, Patriotisme Melampaui Tapal Batas
October 29, 2019Reinha da Japara
Pada 12 Rabiul Awal tahun 956 H atau 10 April 1549, Ratu Retno Kencono (janda Pangeran Hadirin) dikisahkan turun dari pertapaan dan memegang kekuasaan di Jepara dengan gelar Nimas Ratu Kalinyamat. Peristiwa ini ditandai dengan Candra Sengkala: Trus Karya Tataning Bhumi.
Sebagai penguasa yang berkedudukan di (eks) basis utama kekuatan militer Demak, Ratu Kalinyamat kemudian muncul sebagai salah satu tokoh terkuat dan paling disegani di Nusantara.
Ratu Kalinyamat merupakan anak dari Sultan Trenggono yang menikah dengan Pangeran Hadirin. Semasa hidupnya, Ratu Kalinyamat membesarkan tiga orang pemuda. Yang pertama adalah adiknya, yaitu Pangeran Timur Rangga Jumena, putra bungsu Sultan Trenggono yang kemudian menjadi Adipati Madiun. Yang kedua adalah keponakannya, yaitu Arya Pangiri, putra Sunan Prawoto yang kemudian menjadi Adipati Demak. Sedangkan yang ketiga adalah sepupunya, yaitu Pangeran Arya Jepara, putra Ratu Ayu Kirana (adik Sultan Trenggono). Sedangkan ayah dari Pangeran Arya Jepara adalah Maulana Hasanuddin, sultan pertama Banten.
Adanya relasi yang kuat antara Ratu Kalinyamat dengan para Pangeran tersebut serta-merta memperlihatkan betapa besarnya pengaruh Ratu Kalinyamat di antara para penguasa di Jawa. Tampaknya, Jepara telah naik sebagai simpul utama yang berperan melakukan konsolidasi kekuatan di wilayah Jawa Tengah pasca terjadinya kemelut di Kesultanan Demak. Dan, sehubungan dengan hal ini, adanya hikayat yang menceritakan pengangkatan Sultan Hadiwijaya di Pajang sebagai kelanjutan dari Kesultanan Demak tentu menjadi perlu untuk diteliti dan dikaji kembali, begitu pula dengan bentuk hubungan antara Pajang dengan Jepara. Sebab, ternyata justru Jepara yang kemudian tampil sebagai kekuatan besar dan amat disegani di Nusantara, bukannya Pajang. Selain itu, kepopuleran Ratu Kalinyamat dan Jepara di Nusantara juga jauh melebihi Pajang dan Sultan Hadiwijaya, yang nampaknya hanya diriwayatkan oleh kalangan tradisional di Jawa saja.
Begitu pula dengan adanya hikayat yang menceritakan bahwasannya Ratu Kalinyamat sampai meminta kepada Mas Karebet (Pajang) untuk sudi membalaskan kematian suaminya yang telah dibunuh oleh orang-orang suruhan Arya Penangsang, menjadi cerita yang sangat kontradiktif dengan catatan-catatan besarnya kekuatan Jepara masa itu. Terlebih lagi, dalam upayanya mengalahkan Arya Penangsang Mas Karebet pun disebut-sebut masih harus mengandalkan Ki Ageng Pemanahan, Ki Juru Mertani dan Ki Penjawi. Dan, diantara ketiganya itu, masih pula mengandalkan peran Danang Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan yang oleh kalangan tradisional Jawa dikisahkan berhasil memenangkan duel melawan Arya Penangsang.
Tentang betapa kuatnya Ratu Kalinyamat semasa memegang kekuasaan di Jepara telah dibuktikan oleh keterangan dari Aceh, Johor, dan Ternate, yang meminta bantuan Jepara untuk menggempur Portugis. Bahkan, berita Portugis pun mencatatnya sebagai “rainha de Japara, senhora poderosa e rica, de kranige Dame”, yang berarti “Ratu Jepara, seorang wanita yang kaya dan berkuasa, seorang perempuan pemberani”.Ratu Kalinyamat wafat tahun 1579. Ia dimakamkan di dekat makam Pangeran Kalinyamat di Mantingan, Jepara. Semasa kuasanya, armada Jawa berhasil mengunci Portugis yang duduk di Malaka untuk tidak menambah koloni baru di Nusantara.
Sumber :
Kronik Peralihan Nusantara.
Oost-Indische voyagie; vervattende veel voorname voorvallen en ongemeene vreemde geschiedenissen, bloedige zee- en landtgevenchten tegen de Portugeesen en Makassaren.