Buya Hamka, Sejarawan Ulung
July 22, 2021Jejak Sunyi Syamsiah Syam dan Sabil Muslimat
July 30, 2021Rahmah El-Yunusiyyah Patah Tumbuh, Hilang?
Di tengah rintik-rintik hujan, Ibu Pendidikan Indonesia Rahmah El-Yunusiyyah dimakamkan pada Hari Raya Idul Adha 1388 Hijriyah atau 52 tahun lampau dalam Masehi.
Hari itu bendera Merah Putih setengah tiang berkibar, selama tiga hari. Indonesia pun berduka. Berita duka pun menyebar cepat sampai Malaysia dan Timur Tengah.
Usia Rahmah El-Yunusiyyah (1900-1969) di dunia telah “patah”. Namun, perguruannya hingga kini terus “tumbuh” hampir seabad.
Patah tumbuh, hilang? Jejak perempuan besar dan Ibu Pendidikan Indonesia ini “hilang” dalam catatan sejarah di negerinya sendiri. Padahal, ia bukanlah tokoh mitos yang kita kerap suka membesar-besarkan.
Rahmah El-Yunusiyyah adalah tokoh sejarah nyata. Bahkan, menurut Azyumardi Azra (2002), berperan penting dalam pendidikan perempuan dan menjadi contoh madrasah dan pesantren khusus bagi perempuan yang didirikan pada masa belakangan.
Murid-murid Rahmah El-Yunusiyyah pun tersebar di pelosok negeri. Dari semula pada 1923 hanya 71 murid, empat tahun berselang berjumlah 350 murid. Lambat laun, murid-murid Rahmah El-Yunusiyyah kian bertambah ribuan.
Murid-murid Rahmah El-Yunusiyyah, dalam kesaksian Leon Salim yang sempat menduduki posisi pimpinan PNI-Baru di Sumatera Barat, “Dari ujung ke ujung Pulau Sumatera, dari Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dari Pulau Timor……puteri Irian pun ada. Dari luar Tanah Air, dari Thailand Selatan, dari Malaysia dan Singapura.”
Sebagian murid Rahmah El-Yunusiyyah itu juga mendirikan lembaga pendidikan perempuan di berbagai daerah di Indonesia. Sebut misalnya Halimah Syukur di Lampung, Rosmaini di Jambi, dan Khadijah Ali di Pekanbaru.
Dalam buku Ensiklopedi Islam Indonesia (1992, 2002) tertulis, “Para alumni dari perguruan ini mempunyai semacam keterikatan dengan cita-cita pendirinya. Diwujudkan dalam bentuk pendirian perguruan-perguruan agama putri yang setipe. Sampai saat ini tak kurang 15 perguruan agama putri yang didirikan alumninya di berbagai daerah. Di antaranya terdapat sebuah perguruan di Singapura.”
Kiprah Rahmah El-Yunusiyyah dalam pendidikan perempuan tak diragukan. Reputasinya diakui pihak internasional. Banyak murid-muridnya juga mengajar di mancanegara. Rahmah El-Yunusiyyah pun tercatat sebagai perempuan pertama di dunia yang dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar.
Rahmah El-Yunusiyyah telah tiada. Tugas kita mengembalikan Ibu Pendidikan Indonesia yang raib dalam sejarah. Wallahu a’lam.(Hendra Sugiantoro).
Sumber:
- Aminuddin Rasyad, Leon Salim, dan Hasniah Saleh dalam H. Rahmah El-Yunusiyyah dan Zainuddin Labay: Dua Bersaudara Tokoh Pembaharu Sistem Pendidikan di Indonesia (1991).
- Azyumardi Azra “Biografi Sosial-Intelektual Ulama Perempuan Pemberdayaan Historiografi”, dalam Jajat Burhanuddin (Ed.)., Ulama Perempuan Indonesia (2002).
- Hendra Sugiantoro dalam Rahmah El-Yunusiyyah dalam Arus Sejarah Indonesia (2021).
- Herry Saputra (Ed.)., dalam Perempuan Tangguh: Kisah Inspiratif Perempuan Tangguh di Balik Berdirinya Diniyyah Al Azhar (DIAZ) Muara Bungo, Jambi, dan Muara Tebo (2020).
- Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah dalam Ensiklopedi Islam di Indonesia (2002).
- Wilaela dkk., dalam Prosopografi Tokoh Perempuan Pendidik di Riau (2018).