Rahmah El-Yunusiyyah Patah Tumbuh, Hilang?
July 23, 2021Rahmah El-Yunusiyyah dan Ketakjuban Universitas al-Azhar
August 5, 2021Jejak Sunyi Syamsiah Syam dan Sabil Muslimat
![](https://matapadi.co/wp-content/uploads/2021/07/Jejak-Sunyi-Syamsiah-Syam-dan-Sabil-Muslimat-scaled.jpg)
Sumber Foto: Departemen Penerangan dalam Republik Indonesia Provinsi Sumatera Tengah (1954).
Jika jeli memandang, mata kita akan menatap seorang perempuan berjilbab. Ia duduk begitu anggun. Sekali berkenalan dengannya, kita akan terhenyak. Kalau melihat ribuan pasukannya, kita hanya bisa terpana.
Jangan kira prajurit perempuannya di Sabil Muslimat hanya melulu di dapur umum atau mengurusi luka-luka. Mereka juga berjuang di garda depan dan mahir pula meletupkan senjata api. Perempuan dalam pasukannya juga cakap sebagai mata-mata.
Para perempuan dalam Sabil Muslimat tak berbilang jumlahnya. Mereka bisa memenuhi lapangan luas tanpa sela. Jangan remehkan mereka. Hanya untuk menyusuri lembah, hutan, dan gunung, fisik mereka tak kalah dengan harimau.
Dalam sejarahnya, kemunculan Sabil Muslimat di Sumatera Tengah tak terlepas dari pembentukan barisan Hizbullah oleh Muhammadiyah. Cikal bakal Hizbullah bermula dari rapat di Padang Panjang yang secara resmi diumumkan pada 22 November 1945. Saat itu pemuda Muhammadiyah dan anggota Hizbul Wathan seusai diberi pelatihan membentuk kesatuan Hizbullah di daerah masing-masing.
Wajar belaka jika pimpinan Muhammadiyah memaklumatkan wajib militer terhadap para pelajarnya di Kulliyatul Muballighin. Yang menarik, mereka juga membentuk laskar perempuan dengan nama Sabil Muslimat.
Selain pelajar putri Muhammadiyah, Sabil Muslimat juga beranggotakan pelajar dari Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang dan sekolah-sekolah lainnya. Rahmah El-Yunusiyyah menempatkan sebagian murid-muridnya dalam barisan ini.
Lantas, siapakah perempuan manis rupawan yang menatap kita dalam foto itu? Ia adalah Syamsiah Syam. Sebagai Komandan Sabil Muslimat Sumatera Tengah, ia mengoordinasikan komandan-komandan di setiap daerah. Sulit menemukan data siapa saja komandan di setiap daerah. Di Padang tersebutlah seorang komandan bernama Yardat Arief.
Di Sumatera Tengah, ketika awal kemerdekaan, laskar-laskar perempuan bak cendawan di musim hujan. Selain Sabil Muslimat, ada juga Laskar Muslimat yang dibentuk Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti). Di Padang Panjang, sebagaimana dituturkan Buya Hamka, hubungan mereka sangatlah rekat. Bukan main pesona mereka yang menyisipkan pisau belati di pinggang dan berjalan membusungkan dada. Ada juga perempuan menenteng pedang samurai.
Tentu, kegiatan mereka tak sekadar memperingatkan laki-laki untuk bergegas salat Jumat. Sebagaimana diutarakan di muka, perempuan-perempuan dalam Sabil Muslimat terbilang tangguh dalam peperangan. Ketika Perang Kemerdekaan II pada akhir Desember 1949, mereka juga turut melakukan siasat bumi hangus di Bukittinggi.
Di zaman kini, barangkali Syamsiah Syam dan pasukan Sabil Muslimat akan belajar menggegas tank dan memuntahkan rudal. Jika perlu, mereka akan menembakkan roket.
Namun, Syamsiah Syam dan perempuan dalam Sabil Muslimat dibiarkan berjalan dalam kesunyian. Mereka hilang dan jejak-jejak mereka sepertinya lenyap tak berbekas. Wallahu a’lam.(Hendra Sugiantoro).
Sumber:
- Departemen Penerangan dalam Republik Indonesia Provinsi Sumatera Tengah (Bandung: Kementerian Penerangan, 1954).
- Dimyati Huda dalam Rethinking Peran Perempuan dan Keadilan Gender (Bandung: Cendekia Press, 2020).
- Hamka dalam Kenang-Kenangan Hidup IV (Jakarta: Bulan Bintang, 1975).
- Hendra Sugiantoro dalam Rahmah El-Yunusiyyah dalam Arus Sejarah Indonesia (Yogyakarta: Matapadi Pressindo, 2021).
- Mulia Chandri Aniskha dalam skripsi berjudul Perempuan-Perempuan Pada Masa Revolusi di Kota Padang, 1945-1950 (Padang: Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, 2019).
- Mohammad Iskandar dkk dalam Peranan Desa dalam Perjuangan Kemerdekaan di Sumatera Barat 1945-1950 (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1998).
- Soewardi Idris dalam Pengalaman Tak Terlupakan: Pejuang Kemerdekaan Sumbar-Riau (Jakarta: Yayasan Pembangunan Pejuang 1945 Sumatera Tengah, 2001).