Orang-Orang Kalah, Mohammad Natsir
June 3, 2017Awal Kebangkitan Eropa
March 5, 2019Agus Salim Ingin Orang Komunis Keluar
Dalam hal pertentangan dengan golongan komunis, Tjokroaminoto lebih mementingkan persoalan persatuan dari perhimpunan Sarekat Islam serta persoalan kedudukan sebagai pemimpin. Ia kelihatannya kurang memperhatikan persoalan-persoalan prinsipil, seperti persoalan sesuai tidaknya Komunisme dengan Islam ataupun dengan Nasionalisme.Pemimpin-pemimpin Sarekat Islam lain yang bukan komunis terutama Salim dan Moeis memandang masalah yang dipersoalkan sebagai masalah yang sangat prinsipil. Oleh sebab itu mereka memperjuangkan pengeluaran orang-orang komunis dari Sarekat Islam. Salim sendiri bahkan sejak tahun 1917 menginginkan agar orang-orang komunis itu dikeluarkan dari SI, menurut Salim :
Adapun suatu kaum yang harus kita jauhkan daripada pergerakan kita, suatu kaum yang hendak menerbitkan perceraian antara bangsa kita, atas ‘kaum pekerja’ dengan ‘kaum bermodal’. Kaum itu ialah kaumnya yang ingin membatalkan hak milik, yang memakai nama ‘Socialist’ yang dibangunkan dan dikembangkan dalam negeri ini oleh tuan-tuan Sneevliet, Baars dan lain-lain.
Masalah disiplin partai mulai dibicarakan pada kongres Centraal Sarekat Islam (CSI) tahun 1919. Tjokroaminoto yang memimpn kongres itu dan seperti dikemukakan di muka yang lebih mengutamakan persatuan, menangguhkan masalah disiplin partai itu. Kongres CSI tahun berikutnya juga membahas disiplin partai. Kongres yang tidak dihadiri oleh Tjokroaminoto ini, merupakan arena debat antara kelompok komunis pimpinan Semaun dan kelompok komunis yang menginginkan disiplin partai dibawah pimpinan Salim dan Moeis. Keputusan untuk memberlakukan disiplin partai masih ditangguhkan.
Kongres CSI kelima yang diadakan di Yogyakarta pada tanggal 2 sampai 6 Maret belum juga mengambil keputusan soal disiplin partai. Kongres ini sepakat untuk khusus membicarakan masalah ini pada kongres luar biasa yang direncanakan pada tahun itu juga.
Kongres luar biasa, yang merupakan kongres keenam CSI diadakan di Surabaya pada tanggal 6 hingga 11 Oktober 1921. Dua masalah besar yang menjadi agenda pokok Kongres Luar Biasa ini adalah: pertama masalah disiplin partai, dan yang kedua adalah masalah penyusunan kembali asa SI. Pada waktu kongres berlangsung, Tjokroaminoto dalam tahanan sehingga kongres sepenuhnya dikuasai oleh H. Agus Salim dan Abdoel Moeis. Dan, ketika sampai pada pembahasan yang paling alot yaitu disiplin partai, Salim berkata :
Keberhasilan itulah yang dituju dengan mengadakan keterangan asas yang terang dan jelas disertai pula dengan aturan Partij Discipline yang maksudnya bahwa orang yang masuk SI tidak boleh menjadi lid perkumpulan atau partai politik yang lain. Hanyalah orang yang tetap haluannya dan sungguh-sungguh menerima dan menyetujui asa itu, hanya orang begitulah yang boleh diharapkan setia dan bersungguh-sungguh menerima dan menyetujui asa itu, hanya orang begitulah yang boleh diharapkan setia dan bersungguh-sungguh hati menyokong pergerakan SI dan atau berusaha untuk mengikhtiarkan dan menyampaikan maksud-maksud SI. Istimewa pula hanyalah pemimpin yang mencukupi syarat-syarat yang boleh diharapkan memajukan pergerakan SI, karena SI belaka dengan tidak bermaksud tersembunyi akan mempergunakan kekuatan SI untuk maksud atau keperluan partai lain.
Untuk meyakinkan kongres, Salim juga mengemukakan alasan-alasan perlunya disiplin partai :
Tiap-tiap di luar SI telah menentukan Partij Discipline lebih dulu untuk partainya. Dari pada hal itu ternyatalah, bahwa memang segala partai telah mengerti, keberhasilan atas menjadi syarat yang penting bagi tiap-tiap pergerakan. Selain dari itu asas perhimpunan yang satu tidak bisa sejalan betul asa itu serupa tentu tidak akan ada dua atau lebih perhimpunan.
Selanjutnya, Agus Salim mengemukakan, bahwa tindakan disiplin partai haruslah segera diambil terhadap PKI, karena hal ini sangat perlu untuk menegakkan dasar partai itu sendiri, yaitu Islam. Salim berkeyakinan bahwa :
Tidak perlu mencari isme-isme lain yang akan mengobati penyakit pergerakan. Obatnya ada di dalam asasnya sendiri, asas yang lama dan kekal, yang tidak dapat dimubahkan orang, sungguhpun sedunia telah memusuhi dengan permusuhan lain atau ta’dzim. Asas itu ialah islam.
Referensi : “Grand Old Man of the Republic” HAJI AGUS SALIM dan Konflik Politik Dalam Sarekat Islam, Matapadi Pressindo, 2014.