Awal Eropa Mengambil Kuasa Atas Samudera
March 5, 2019Ironi Keunggulan Nusantara
March 5, 2019Ketika masih bersama-sama menempuh pendidikan di Bandung, LN. Palar mempertemukan antara Sukarno dengan Dr. Sam Ratulangi. Waktu itu Sukarno sangat tertarik dengan nama Indonesia yang tertulis pada papan “Algemeen Levensverzekering Maatschappij Indonesia”, di mana Palar juga bekerja di perusahaan tersebut.
“Sehabis kuliah, atau setiap sore setelah selesai studi kelompok, saya bersama Sukarno dan teman-teman lain sering bersepeda bersamaan mengitari pusat Kota Bandung. Suatu sore selesai kuliah, seperti biasanya bersama Sukarno, kami berdua bersepeda dari arah kampus THS menuju ke pusat kota. Ketika sedang melintas di depan rumah tempat tinggal saya, di Jalan Braga, Sukarno sepertinya mengingat, lalu berhenti dan ingin bertemu lagi dengan pemilik Perusahaan Asuransi Indonesia itu.
Langsung saya jawab, perusahaan asuransi itu masih milik Dr. Ratulangi dan saya tinggal di situ. Untuk kedua kalinya Sukarno sangat tertarik dengan kata ‘Indonesia’ yang ditulis Dr. Ratulangi di papan usaha dagangnya. Lagi pula, di masa penjajahan Belanda, Sukarno menemukan kata ‘Indonesia’ dengan sengaja dipajang di muka umum. Saya mengajak Sukarno masuk ke dalam rumah menemui Dr. Ratulangi yang kebetulan saat itu berada di rumah. Pertemuan kedua kali itu, keduanya langsung terlibat diskusi soal kata ‘Indonesia’.”
Sukarno, setelah pertemuan kedua itu hingga tahun 1924, sering bertemu dan membahas dengan Dr. Sam Ratulangi berbagai macam persoalan tentang ke-Indonesian, nasionalisme dan tentang cita-cita kemerdekaan Indonesia. Bahkan Sukarno kemudian juga turut aktif mengikuti studiegroepen di mana Dr. Sam Ratulangi bersama Dowes Dekker sering menjadi pembicara. Saya sendiri sudah tidak kuliah karena sakit. Dr. Ratulangi sendiri pada tahun 1924 harus balik ke Manado karena ia diangkat menjadi Sekretaris Minahassaraad.”
Senada dengan yang dituturkan LN. Palar, pada penutupan Musyawarah Kawanua di Gedung Pemuda Jalan Merdeka Utara Jakarta tanggal 18 Agustus 1960, Presiden Sukarno berkisah dalam pidatonya :
“Pada waktu senggang, tidak ada sidang pada kongres itu. Saya berjalan-jalan di jalan Braga Bandung dan di situ saya baca satu papan tulis yang di atas papan itu bertulis Levensverzekering Maatschappij Indonesia. Indonesia, pertama kali dengan terang-terangan di wilayah tanah air kita Indonesia. Saya lalu bertanya kepada orang Bandung, Apa ini Levensverzekering Maatschappij Indonesia? Oh itu adalah perseroan tanggung jiwa yang dipimpin oleh seorang doktor dari Minahasa, namanya Ratulangi.
Maka saat itu timbulah keinginan saya sebagai pemuda yang penuh dengan cita-cita, menyatakan ingin bertemu dengan manusia yang bernama Ratulangi. Maka pada akhir kongres perkumpulan pemuda yang saya wakili dari Surabaya itu, saya bertemu dengan beliau dan di situlah beliau bercakap-cakap dengan saya, terutama sekali hal Indonesia.
Bahwa perkataan ‘Indonesia’ itu bukan sekadar perkataan saja tetapi adalah satu ide, ide persatuan bangsa. Beliau menerangkan kepada saya, ‘Ya tanah air kita ini sekarang bernama Nederlandsch Indie, India Belanda, ada di antara itu pulau-pulau yang bernama Sumatera, atau Jawa, atau Kalimantan (Borneo pada waktu itu), Celebes, Pulau Bali, Lombok dan lain-lain sebagainya, tetapi nama keseluruhan baiklah diberi satu nama; Indonesia’.
Kata Ratulangi lagi, ‘Ideku, ialah supaya kepulauan ini yang beratus-ratus, beribu-ribu ini, bersatu dan diberi satu nama, dan ini bersama-sama dengan pemuda-pemuda, pemudi-pemudi yang ada di Eropa pada waktu itu, telah kami tetapkan: ‘Indonesia’. Dengan nyata sekali ‘Indonesia’ itu adalah termaktub satu ide, dan ide ini yang berkobar-kobar, menyala-nyala di dalam dadanya G.S.S.J Ratulangi, cocok dengan apa yang saya katakan kemudian.”
Dalam berbagai rapat dan pertemuan, Dr. Sam Ratulangi secara terbuka mulai sering menggunakan istilah Indonesia untuk menyebutkan suatu kesatuan dan entitas sebagai suatu bangsa yang mesti berjuang bagi kemerdekaan bangsanya, dan lepas dari cengkeraman penjajah. Sementara tokoh-tokoh yang lain masih menggunakan istilah Hindia Belanda atau Insulinde. “Bila pembicara-pembicara lain masih memakai istilah Hindia Belanda atau Insulinde, Dr. Ratulangi dengan tekanan-tekanan yang tegas berapi-api terus-menerus memakai sebutan Indonesia. Dan sejak itu sebutan Indonesia mulai populer di kalangan rakyat, sebaliknya sangat ditakuti oleh Belanda penjajah.
Di zaman pemerintahan kolonial Hindia Belanda, nama Indonesia muncul pertama kali di mana Dr. Sam Ratulangi, menjadi orang Indonesia pertama yang memopulerkan nama Indonesia dengan terbuka di plakat publik. Dan, seperti dengan yang pernah dipidatokan, hal ini juga diketahui ketika Presiden Sukarno menyampaikannya secara langsung kepada Zus Ratulangi, dalam kunjungan Presiden Sukarno pada tahun 1945 di kampus Universitas Indonesia, tempat di mana Zus Ratulangi mengenyam pendidikan tinggi. “Nama Indonesia di publik saya temui pertama kali sewaktu masih mahasiswa di Bandung, dari Asuransi Indonesia Dr. Ratulangi.”
Sumber : LN. PALAR Diplomat Legendaris Indonesia, 2019.