Mencium Kaki Cokroaminoto
March 5, 2019Zaman Perang
March 8, 2019Sarekat Islam : Priyai, Komunis, dan Partij Discipline!
Dalam perjalanan pulang setelah menghadiri rapat umum yang diadakan di Situbondo, Jawa Timur, dan dihadiri sekitar 50.000 massa rakyat, Tjokroaminoto bertanya kepada Agus Salim; “Bagaimana pendapat anda tentang perkumpulan Saya, partai Saya?”
Secara terus terang, Salim menjawab dan mengemukakan pendapatnya; “Sungguh mengagumkan, Saya tidak dapat berfikir bagaimana kejadian dalam rapat umum tadi. Akan tetapi saya cemas dan tidak suka pemujaan yang sangat berlebihan itu, karena hal itu merupakan bahaya bagi Sarekat Islam sendiri.”
Tjokroaminoto dapat menerima pendapat dan sekaligus kritik dari Salim. Dalam perjalanan pulang itu pula keduanya berjabat tangan dan berjanji akan saling membantu mengembangkan perhimpunan Sarekat Islam.
Setahun berikutnya, yaitu dalam kongres Sarekat Islam di Bandung 1916, Tjokroaminoto – yang oleh sebagian pengikutya dijuluki “Sang Ratu Adil”, berpidato dan menyinggung masalah Ratu Adil ini, katanya: “Walaupun hati kita penuh dengan harapan dan hasrat yang agung, tidak pernah kita bermimpi akan datangnya seorang Ratu Adil atau keadaan lain yang mustahil.”
Pada masa awal aktifitasnya dalam Sarekat Islam, Salim juga menyaksikan adanya sekelompok pemimpin SI yang berusaha mempengaruhi asas Islam dari SI dengan Komunisme. Banyaknya hal yang menarik dalam perhimpunan yang baru dimasuki ini, dan oleh karena itu, Salim ingin berbuat sesuatu bagi Sarekat Islam.
Memasuki periode ketiga perkembangan Sarekat Islam, peranan Salim benar-benar menonjol. Menurut Deliar Noer, ”H. Agus Salim -lah yang lebih banyak memberi cap Islam pada SI.” Deliar Noer menambahkan, ”Salim bukan saja seorang yang mengetahui pikiran-pikiran Barat, tetapi dialah pemimpin SI yang paling mengetahui tentang Islam dari sumber aslinya.”
Berbeda dengan pemimpin SI lainnya, Tjokroaminoto, menurut D.A Rinkes, penasihat untuk Bumiputera yang sering mengadakan perjalanan bersama Tjokroaminoto menilai, ”Tjokroaminoto lebih merupakan priyayi yang berpaham bebas daripada seorang Islam yang fanatik.” Sedangkan menurut Koever, ”Tjokroaminoto terutama menitik-beratkan pada segi politik Islam. Agama dianggapnya sebagai sarana pembantu yang penting bagi kesadaran politik rakyat Indonesia.”
Peranan Salim yang sangat dominan dan menentukan adalah di dalam hal membersihkan golongan komunis dari Sarekat Islam. Tindakan pembersihan orang-orang komunis dari SI terkenal dengan istilah Partij Discipline, yang mulai diberlakukan tahun 1921.
Sumber: Suradi, Grand Old Man of the Republic, Haji Agus Salim dan Konflik Politik dalam Sarekat Islam, Yogyakarta: Matapadi Pressindo, 2014.