Pidato Thamrin dan Pemboikotan Tembakau Deli
March 26, 2019Operasi Indra, Operasi Pendaratan Pertama KKO (Marinir)
April 19, 2019Amji Atak, dari Pahlawan Menjadi Ksatrian
Amji Atak nama ini kini diabadikan sebagai nama Kesatrian Brimob Kelapa Dua, Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Amji Atak, juga diabadikan dalam bentuk patung yang berdiri bersanding dengan patung Taboky, keduanya merupakan anggota Menpor (Resimen Pelopor atau Ranger Brimob Polri)di depan Mako Brimob Kelapa Dua itu. Nama Amji Atak memang nama yang melegenda di kalangan prajurit Brimob.
Amji Atak, adalah seorang putra Dayak dan dikenal sebagai Sang Dayak Ranger. Amji Atak menjadi contoh inspiratif sekaligus kebanggan bagi setiap prajurit Brimob. Seolah, sikap keberanian, dedikasi, loyalitas serta patriotisme dari seorang prajurit Brimob ada dalam figur Amji Atak.
Belum usai dari hiruk pikuk pasukan ABRI (istilah Angkatan Perang RI yang lazim ketika itu) yang terlibat TRIKORA, pemerintah segera mengumumkan digelarnya DWIKORA. Konsekuensinya, sebagian kekuatan ABRI saat itu mulai dialihkan ke Dwikora, termasuk dengan pasukan Menpor yang ketika itu memang berkualifikasi khusus.
Namun demikian, tak pernah sekalipun terlintas dalam benak para anggota Resimen Pelopor yang berangkat melaksanakan misi Operasi Dwikora untuk terlibat dalam pertempuran laut. Namun, prajurit tidak pernah memilih medan pertempuran.
Di mana pun mereka bertemu musuh, maka di situlah medan tempur digelar. Demikian juga yang dialami prajurit Resimen Pelopor. Pada bulan Maret 1965, pasukan Resimen Pelopor terpaksa berjibaku di laut Cina Selatan menghadapi pasukan Persemakmuran. Tentara Selandia Baru hadir bersama dengan tentara Australia dan Inggris yang masih tergabung dalam persemakmuran (commonwealth). Kelak kerjasama antarnegara ini dinamakan sebagai FPDA (Five Power Defence Arrangement) yang ditandatangani pada tahun 1971.
Maret 1965, 3 tim dari Kompi D Yon 32 Pelopor diberangkatkan untuk melakukan misi penyusupan ke Semenanjung Malaya. Pasukan ini dipimpin oleh Aipda Amji Atak yang merupakan perwira pertama kompi.
Pasukan ini merupakan gabungan beberapa anggota Brimob dari berbagai kesatuan ditambah sukarelawan. Tepat pada pukul 08.00 malam, pasukan ini berangkat dari Kampung Kangka di Pulau Bintan dengan tujuan Kota Tinggi di Pantai Timur Malaysia dengan berkendara tiga buah perahu.
Dalam misi ini para anggota Pelopor dipersenjatai dengan senapan andalan mereka, AR-15, sementara pasukan dari Brimob dan sukarelawan membawa US Carabine dan Lee Enfield. Pada pukul 04.00 pagi, pasukan bergerak dari kampung Kawal menuju pemberhentian pertama di Teluk Berakit.
Di Teluk Berakit, pasukan beristirahat selama satu pekan sembari menunggu cuaca membaik. Setelah itu, mereka meneruskan perjalanan pada malam hari. Ketika memasuki Laut Cina Selatan, tim ini mendengar deru kapal besar yang tengah mendekat.
Agen Polisi Roebino mendengar perintah dari Aipda Amjiatak agar anggota pasukan menyiapkan senjata dan bergerak memanfaatkan celah di antara kapal. Aipda Amjiatak juga memberitahukan pada anggotanya bahwa yang mereka hadapi adalah kapal patroli AL Malaysia.
Ketegangan menyelimuti segenap anggota tim yang segera mengokang senjata masing-masing. Sekejap kemudian, lampu kapal patroli AL Malaysia menyoroti perahu yang membawa pasukan Pelopor tersebut. Begitu lampu menyala, anggota tim segera menembaki lampu sorot tersebut.
Sebuah tembakan tepat mengenai seorang anggota AL Malaysia dan sesaat kemudian terjadilah kontak senjata seru di tengah laut Cina Selatan. Agen Polisi Roebino mendengar beberapa teriakan dan suara tubuh manusia yang tercebur laut.
Rupanya, beberapa anggota Pelopor dan AL Malaysia terkena tembakan. Aipda Amjiatak segera memerintahkan anak buahnya untuk menembakkan pelontar granat ke arah kapal musuh. Tembakan pertama meleset dan granat jatuh ke laut.
Namun tembakan kedua berakibat fatal bagi kapal patroli AL Malaysia karena tepat mengenai gudang amunisi sehingga kapal meledak dan menimbulkan cahaya terang. Kapal patroli AL Malaysia itu pun mengalami kerusakan berat dan mundur dari medan pertempuran.
Sembari mundur, kapal patroli AL Malaysia memanggil bala bantuan. Sesaat kemudian, datang dua buah kapal patroli AL Malaysia lain. Jarak yang masih jauh memungkinkan kedua kapal tersebut menggunakan meriam untuk menghajar posisi perahu pasukan Pelopor.
Pertempuran kedua ini berjalan tidak seimbang karena pasukan Pelopor yang bersenjatakan senapan ringan dan pelontar granat harus menghadapi fregat AL Malaysia yang dilengkapi meriam dan senapan mesin. Alih-alih menyerah, Aipda Amjiatak justru memerintahkan untuk bermanuver mendekati fregat tersebut.
Ia berpikir, masih ada harapan bagi pasukan Pelopor untuk selamat atau paling tidak bisa mengakibatkan kerusakan yang lebih besar bagi musuh jika melakukan pertempuran jarak dekat. Tembakan senapan mesin kaliber 12,7 mm dari kapal musuh segera menghantam perahu pertama dan anggota Pelopor yang ada di kapal tersebut tersapu tembakan.
Dua perahu lain masih memberikan perlawanan dengan tembakan yang sengit. Namun, segigih apapun perlawanan yang diberikan, pada akhirnya perlawanan dua buah perahu pasukan Pelopor ini pun berakhir ketika dua buah tembakan meriam mengenai sisi samping perahu.
Perahu Aipda Amji Atak hancur terkena tembakan meriam dan beliau gugur di Laut Cina Selatan. Dalam pertempuran tersebut, hampir semua anggota gugur.
Sumber tulisan : artikel berjudul “Tugas Terakhirnya ‘Ganyang Malaysia’” dalam laman website : https://dayakdreams.com/g-i-dayak/tugas-terakhirnya-ganyang-malaysia/
Penuturan seorang purnawirawan Menpor, Bapak Roebino, dalam buku “Resimen Pelopor, Pasukan Elite yang Terlupakan” edisi revisi cetakan kedua. Keterangan foto: Pasukan Resimen Pelopor Brimobdalam suatu penugasan di mana Amji Atak adalah salah satunya, foto inset Amji Atak. Foto kedua adalah patung Amji dan Taboky di gerbang Mako Brimob Amji Attak, Kelapa Dua, Depok.