Sukarno Yang Ingkar : Aceh dan Daud Beurueh
April 6, 2020Peristiwa Minggu Palma, Pengalaman Buruk Brimob Batalion Teratai
April 13, 2020Propaganda Republik di Daerah Republik
Dalam keadaan yang semakin terjepit pasca Persetujuan Renville, dukungan rakyat menjadi sangat penting. Selain untuk menjaga eksistensi Republik Indonesia, dukungan ini juga berguna bagi TNI dalam melaksanakan taktik perang gerilya dalam menghadapi agresifitas tentara Belanda.
Menyempitnya wilayah Republik Indonesia pasca Persetujuan Renville, dukungan rakyat dirasa semakin berkurang. Terlebih, setelah Yogyakarta, sebagai ibukota Republik, juga diserang dan diduduki Belanda. Praktis muncul sikap apatis rakyat terhadap perjuangan dalam mempertahankan eksistensi Republik Indonesia.
Belum lagi upaya-upaya yang dilakukan Belanda. Selain melakukan serangan terhadap kantong-kantong pertahanan TNI, mereka juga melakukan propaganda untuk mempengaruhi opini dan persepsi rakyat terhadap Republik Indonesia.
Melalui pemerintahan Recomba, Belanda berusaha untuk menarik dukungan rakyat di daerah-daerah yang dikuasainya, seperti dengan membagikan bahan makanan, membantu penduduk yang mengalami gagal panen, mengadakan acara hiburan seperti pementasan dan pemutaran film, hingga membuat penerbitan surat kabar.
Dengan menggunakan berbagai macam media, Belanda juga melakukan provokasi dengan menyebarkan berita bohong. Ini bertujuan untuk memecah belah dan menghilangkan kepercayaan rakyat kepada pemerintahan Republik, termasuk dengan eksistensinya.
Oleh karenanya, agar dukungan tetap dapat diperoleh dari rakyat, perlu diadakannya pendekatan dan penerangan yang dijalankan secara terus menerus. Untuk kepentingan ini, secara khusus, para pegawai Jawatan Penerangan yang setia kepada Republik melakukan penerangan dan eksposisi ke daerah-daerah.
Penerangan yang dijalankan di desa-desa dilakukan dengan giat, terutama setelah ada bantuan dari satuan satuan pelajar yang dimobilisasi. Capaian dari upaya ini diharapkan supaya rakyat senantiasa mendukung Republik, sehingga memudahkan setiap pergerakan pasukan Republik.
Akan tetapi realitas yang terjadi tampak kurang menggembirakan, pidato-pidato penerangan kepada rakyat di pedesaan kurang bisa dimengerti, hal ini dikarenakan perbedaan cara berpikir yang terlalu tinggi dan penggunaan bahasa yang tak familiar di telinga rakyat.
Selain itu, orang-orang pegawai dari Jawatan Penerangan yang memberi penerangan tampak kurang memahami jiwa dan cara berpikir masyarakat, sehingga upaya semacam ini seperti kurang bermanfaat.
Selain penerangan yang dilakukan secara langsung, Jawatan Penerangan juga menggunakan poster sebagai alat penerangan. Namun, penerangan yang menggunakan poster justru lebih banyak berasal dari badan-badan perjuangan, sementara dari pihak pemerintah kurang tampak.
Bahkan propaganda juga dilakukan oleh para pejuang dengan swadaya, dan tampaknya lebih mengena di mata rakyat. Coretan dinding berupa tulisan-tulisan propaganda kerap dijumpai. Seruan-seruan seperti “Sekali merdeka tetap merdeka”, “merdeka atau mati” dan seterusnya justru muncul dari kalangan pejuang. Menjaga stamina kepercayaan dan perjuangan rakyat.
Sebagaimana propaganda yang tampak dalam foto pada postingan kali ini, “Freedom is the Glory Any Nation; Indonesia for Indonesians!”