Mengenang Usman – Harun
April 22, 2020Malang dan Surabaya, Sepanjang Jalan Terkenang Keberanian
May 6, 2020Menafsir Peran Gedung Inggrisan
Sebuah rumah panggung yang ditopang pilar-pilar tebal dengan empat sisi, menjadi ujung jejak sepatu lars yang saya temui sedari pintu gapura bertuliskan ‘Asrama Inggrisan’.
“Gedung tua ini adalah asrama para perwira di Banyuwangi,” ucap Mukti, yang menjadi rekan petualangan saya kali ini.
Panorama yang tertangkap mata, memanggil memori pada seucap kalimat dari dosen saya dalam kelas, ‘Tidak mudah merawat sebuah bangunan tua’.
Kompleks asrama yang dihuni oleh garda depan pelindung negara ini dulunya sangat memprihatinkan. “Konsidinya kini sudah lebih baik, setidaknya ada perhatian dari para penghuni Asrama Inggrisan,” imbuh Mukti.
Melihat pada kisah masa lalunya, ada rentetan panjang yang memberi tafsir beragam pada Asrama Inggrisan.
Banyuwangi, terasa cukup akrab dengan bangsa Britania. Selain adanya sebuah wilayah administratsi bernama Glenmore, yang juga ada di Inggris, tafsir awal Asrama Inggrisan ini juga menjadi salah satu faktanya. Gedung ini dulunya merupakan Lodge atau tempat penginapan yang digunakan oleh para saudagar Inggris di Banyuwangi.
Beragam tafsir yang bertebaran seputar bangunan yang ada di wilayah Kepatihan ini terkadang cukup membingungkan. Ada yang mengatakan bahwa saksi zaman yang masih kokoh berdiri tersebut merupakan bangunan yang didirikan semenjak paruh abad ke 17.
Tak sedikit juga tulisan yang mengungkapkan bahwa Asrama Ingrisan merupakan sebuah gedung yang dibangun oleh penguasa bumiputera di Banyuwangi.
Ragam tafsir yang tak tentu arahnya ini, jelas menghadirkan rupa-rupa tulisan tentang Asrama Inggrisan.
Mukti, rekan saya, justru memberikan titik pijak yang cukup bijak dalam menapak jejak Asrama Inggrisan. Sebuah plakat besi yang menutup lantai menjadi bukti identitas yang pernah bersemat pada bangunan tua di tengah kota ini.
Tertulis, Burn Brothers Rotunda Works Blackfriars Road London S.E. yang tidak lain merupakan sebuah badan usaha milik Inggris.
Pada masanya, perusahaan tersebut memproduksi kabel telegraph yang tahan air. Inggris pernah menggunakan bangunan tersebut sebagai pos kendali telegraph bawah laut yang digunakan untuk mengirim sandi ke wilayah Asia dan Australia.
Hingga akhirnya pada masa pendudukan Jepang, Asrama Inggrisan menjadi kamp bagi Kempetai di ujung timur pulau Jawa.
Tidak ada sisa yang bisa ditelusuri dari rangkaian kabel telegraph. “Jepang telah menghancurkan semuanya, dan membuat Jawa menjadi wilayah kuasa yang sengaja diisolir,” kata Mukti.
Jejak-jejak sepatu lars yang menjadi penuntun kami, telah menarik benang tafsir lainnya bahwa Asrama Inggrisan telah lama menjadi kamp bagi para perwira, tidak hanya setelah Republik berdiri.
Di balik sisi lain yang dipeluk oleh ragam tafsir, entah didirikan oleh siapa dan dimaksudkan untuk apa, Asrama Inggrisan tentu layak dianugrahi tafsir sebagai bangunan cagar budaya yang patut di lindungi.
Saat Banyuwangi bertekad untuk Jenggirat Tangi, tentu ada jejak sejarah yang patut dihidupkan kembali.
Oleh : @pradanajoe, Rintahani Johan Pradana, Sejarawan